Home » , » Cerpen : I Miss You - Darsy Triaini

Cerpen : I Miss You - Darsy Triaini

I Miss You

Oleh : Darsy Triaini


Senja. Siluet orange membuat sepasang mata ini enggan memalingkannya. Senja. Semilir angin sepoi-sepoi membuat hati ini damai. Di kota ini Aku selalu menunggu kabar seseorang nan jauh di sana. Aku berharap ia kan cepat kembali. Namun Aku risau. Sudah lima bulan ini. Ia tak mengirimkan kabar.
Apa yang terjadi di sana? Kenapa tak ada kabar? Apakah ia merindukan Aku? Seperti hati ini yang selalu merindukannya? Mungkinkah ia melupakan Aku? atau jangan-jangan ada seseorang yang menggantikan posisiku? Entahlah. Pertanyaan-pertanyaan itu membuat Aku semakin gila.

“Ega… apa yang kau lalukan?”
“Hehehe… lagi liat bulan kak”
“Akhir-akhir ini kau membuat kakak khawatir. Terlihat sangat mengerikan. Kau kenapa, ga?”
“Aku gak pa-pa kak”
“Jangan bohongi kakak. Apa ada masalah dengan pangeran mu?”
“Emmm kakak mau kemana lagi malam ini?”
“Jangan mengalihkan pembicaraan. Jawab dulu pertanyaan kakak tadi”
“Aaagh… kurasa kakak tau jawabannya”
“Benarkah? Kalo begitu ayo ikut kakak”
“Ke pesta? Aaagh.. aku gak mau kak”
“Udah ikut aja. Buruan ganti”
“Aiiissh… kak Egi kan tau sendiri, kalo Ega gak suka acara kek gituan”
“Jangan bawel. Buruan sana ganti”
Sikap kak Egi tak seperti biasanya. Membuat Aku curiga. Tapi Aku tak berani menolak ajakkannya.
Setelah peristiwa kecelakaan sepuluh tahun silam. Kak Egi. Keluarga satu-satunya yang kumiliki. Semenjak itu kak Egi selalu sibuk dengan status yang disandang. Mengantikan posisi Papa. Dan juga peran sebagai orangtua.

“Wow… pestanya mewah sekali”
“Ssst.. jangan keras-keras Ega”
“Hei… Egi. Kali ini kau datang dengan siapa?”
“Ah.. kau ini jangan berkata begitu. Seolah aku ini playboy di matamu”
“Hehehe… terus yang kemarin kemana?”
“Asma gak bisa menemaniku malam ini. Terpaksa aku menggandeng adikku”
“Heee ini adikmu? Wah… ternyata kau punya adik secantik ini, gi”
“Kenalin, Ega namanya. Ga, ini Ray teman bisnis kakak”
Aku menjabat tangannya. Seraya tersenyum.
“Iya aku Ray. Senang berkenalan denganmu, Ega” kata cowok itu membalas jabatan tanganku.
Melihat pandangan Ray membuatku muak. Kak Egi benar-benar membuatku kesal. Bisa-bisanya ia mengatakan terpaksa membawa Aku ke acara tak penting seperti ini. Asma. Siapa dia? kenapa kak Egi tak pernah cerita? Entahlah. Mungkin kak Egi terlalu sibuk untuk cerita.

Apa-apaan ini?. Kenapa Aku hanya diacuhkan. Aku bagaikan arca hidup mendengarkan obrolan mereka. Menyebalkan. Kebiasaan kak Egi ketika bertemu temannya. Asyik sendiri tanpa mempedulikan Aku.

“Kak Egi, Aku ambil minum dulu”
Kak Egi keterlaluan. Ia hanya Mengangguk tanpa melihat Aku. Mengambil minum hanya alasanku untuk menghindari obrolan mereka yang tak paham dengan topik pembicaraannya. Aku melirik kursi kosong. Tapi posisinya membuat Aku risih. Ya sangat dekat dengan panggung. Aku mengurungkan niat. Semua mata melihat ke depan ketika mendengar master of ceremonies membuka acara.
“Selamat malam para tamu undangan. Terima kasih atas ke hadirannya”
Ia memperkenalkan dirinya. Lalu ia memanggil seseorang. Burhan Wijaya. Siapa itu? Entahlah. Aku tak mengenalnya. Mungkin kak Egi kenal? Setelah dipanggil namanya, lelaki paruh baya naik panggung.
“Terima kasih yang telah hadir di sini. Langsung saja pada intinya. Bahwa malam ini tepat pada ulang tahun Hotel ini saya ingin mengenalkan CEO baru.
Katanya seraya tersenyum bersahaja. Semua bertepuk tangan mendengar ucapan lelaki paruh baya itu.
“Dia baru tiba di kota ini. Oh betapa kejamnya saya langsung menyuruh dia ke acara ini. Hehehe. Baiklah. Mungkin kalian sudah penasaran. Kenzie Wijaya. Ya itulah orang yang akan menggantikan aku”
Kali ini semua hadirin berdiri sambil bertepuk tangan menyambut nama itu. Siapa? Kenzie Wijaya? Apakah dia, Kenzie yang meninggalkan Aku dua tahun silam? Benarkah dia Kenzie? Benarkah dia kembali? Bukankah Kuliahnya belum selasai?. Ini membuat Aku semakin gila.

“Duh.. mana gak keliatan lagi. nih orang-orang duduk kek. Ah mungkin bukan Kenzie yang aku inginkan. Namanya saja sama” Aku berkata dalam hati sambil melangkah melanjutkan niat menuju taman.
Aku tersentak ketika lelaki yang disebut namanya tadi memberikan kata sambutan. Benar. Dia Kenzie yang membuat Aku menahan sesaknya rindu selama ini. Membuat Aku gila menunggu kabarnya. Entahlah. Kenapa Aku menangis melihatnya. Aku lari menuju taman. Aku tak sanggup dengan hati ini yang entah berantah rasanya.

“Terima kasih. Senang rasanya saya bisa berdiri di sini dan menghirup udara di negara ini. Papa terima kasih atas amanah nih semoga saya bisa melakukan dengan baik” Itulah yang ia katakan. Kelihatanya tepuk tangan mengakhiri perkataan dia. Aku sibuk dengan air mata yang tak mau berhenti. Hingga tak menyadari ada orang yang berdiri di sampingku.
“Ehm… hei.. peri kecil lama tak jumpa”
Aku tak menjawab sapaan dia. Aku langsung menghambur memeluknya. Dia tak komentar dengan Sikapku.
“Hei.. kenapa kau menangis?” cemas Kenzie sambil melihat wajah Aku.
Aku hanya mengelengkan kepala sambil mengeratkan pelukan.
“Jangan menangis. Kau membuatku berpikir seperti orang jahat”
“Kau memang jahat. Kau sudah beberapa bulan tak ada kabar. Kau kemana? Apa kau punya peri baru di sana dan melupakan Aku”
“Heee… apa yang kau katakan sayang. Mana mungkin itu kulakukan. Hanya saja, aku semakin ingin bertemu ketika selesai chatting”
“Hiks… Aku merindukanmu”
“Apa kau pikir aku tidak?”
Kata Kenzie sambil mengeratkan pelukkannya.

Sumber: Cerpen Darsy Triaini di blog lovebluedarsy08.blogspot.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Artikel !


loading...